Kumis kucing (Orthosiphon aristatus) termasuk tanaman dari family lemiaceae merupakan tanaman obat berupa tumbuhan berbatang basah yang tegak. Tanaman ini merupakan jenis kelompok tanaman hias, tetapi sebenarnya tanaman ini bisa dijadikan sebagai tanaman obat keluarga. Kumis kucing dikenal dengan berbagai istilah seperti: kidney tea plants/java tea (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), remujung (Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan songot koneng (Madura). Tanaman Kumis kucing berasal dari wilayah Afrika tropis, kemudian menyebar ke wilayah Asia dan Australia.
Kumis kucing cukup mudah di budidayakan, tanaman ini
akan tumbuh dengan baik di daerah ketinggian yang berkisar antara 500-1.200
meter di atas permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 3.000 mm/tahun dengan
temperatur udara 20-30 derajat Celcius ditempat terbuka agar tidak mengurangi
bahan aktifnya.
Di Indonesia daun kumis kucing yang kering
(simplisia) dipakai sebagai obat untuk memperlancar pengeluaran air kemih
(diuretik) sedangkan di India untuk mengobati rematik. Masyarakat menggunakan
kumis kucing sebagai obat tradisional sebagai upaya penyembuhan batuk encok,
masuk angin dan sembelit, selain itu daun tanaman ini juga bermanfaat untuk
pengobatan radang ginjal, batu ginjal, kencing manis, albuminuria, penyakit
syphilis, reumatik dan menurunkan kadar glukosa darah, bahkan kumis kucing juga
digunakan sebagai antibakteri.
Kumis kucing mengandung ortosifonin dan garam kalium
(terutama pada daunnya) merupakan komponen utama yang membantu larutnya asamurat, fosfat dan oksalat dalam tubuh manusia, terutama dalam kandunga kemih,
empedu, maupun ginjal sehingga dapat mencegah terjadinya endapan batu ginjal.
Kumis kucing juga bersifat antiradang dan memperlancar air seni.
Selain mengandung Kalium yang berkhasiat untuk
diuetik dan pelarut batu saluran kencing, Kumis kucing juga mengandung
sinensetin yang berkhasiat sebagai antibakteri, kandungan saponin dan tanin
pada daun tanaman ini juga bisa mengobati keputihan. Daun kumis kucing juga
terdiri dari beberapa senyawa aktif seperti genkosid orthosifonin, zat lemak,
minyak atsiri, dan minyak lemak.
Kumis Kucing yang banyak digunakan sebagai bahan
baku jamu merupakan salah satu komoditas fitofarmaka yang sudah diperdagangkan
skala internasional menjadi komoditi Ekspor. Saat ini Indonesia merupakan
Negara terbesar pengekspor tanaman Kumis Kucing, yakni 50 ton/bulan.