Sabtu, 31 Maret 2012

Daging Merah Tingkatkan Resiko Kematian Dini


Daging merah yang berasal dari sapi, kambing, babi dan kuda, bisa meningkatkan resiko kematian dini, bahkan menyantap daging yang telah diproses lebih beresiko. Menyantap satu porsi atau 85 gram daging merah yang tidak diproses seperti steak atau hamburger dapat meningkatkan resiko kematian dini 13 persen.

Suatu penelitian terhadap 120.000 orang Amerika selama 28 tahun dilakukan untuk mengetahui kaitan antara menyantap daging merah, jenis daging yang antara lain berasal dari sapi, kambing, babi, dan kuda, dengan resiko kematian dini. Penelitian itu menggunakan data dari dua penelitian yang masih terus berlangsung terhadap para perawat dan profesional kesehatan lainnya. Kesehatan mereka dipantau dan dikaitkan dengan kebiasaan hidup, termasuk di antaranya pola makan mereka.

Frank Hu dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Harvard, penulis senior penelitian itu mengatakan, “Jadi, daging merah yang diproses dan yang tanpa diproses terkait dengan peningkatan resiko kematian secara substansial, dan jelas bahwa resiko terkait dengan daging merah yang diproses jauh lebih tinggi daripada yang tanpa diproses.”

Para peneliti menyimpulkan bahwa menambahkan satu porsi per hari seberat 85 gram daging merah tanpa diproses, seperti steak atau hamburger, meningkatkan resiko kematian dini 13 persen. Sedangkan satu porsi daging merah yang diproses, hanya dua lembar bacon (daging babi diasin atau diasap) atau 28 gram sosis, misalnya, maka resikonya naik 20 persen. Penelitian itu juga mendapati bahwa mengganti daging merah dengan jenis makanan lain, seperti ikan, unggas, dan gandum, dapat memangkas resiko kematian dini secara berarti.

Penelitian Hu mencakup penyesuaian statistik bagi obesitas dan riwayat penyakit keluarga juga kebiasaan merokok, dan mendapati bahwa daging merah masih berperan menyebabkan kematian dini dan munculnya penyakit. Hu mengatakan penelitiannya tidak dimaksudkan agar semua orang menjadi vegetarian. Menurutnya, memilih sumber-sumber protein alternatif, seperti ikan, unggas, kacang-kacangan serta produk-produk susu tanpa lemak dapat memberi manfaat besar jika digunakan sebagai pengganti daging merah.

Betsy Booren, direktur sains kelompok industri American Meat Institute Foundation, mengritik metodologi penelitian itu, yang antara lain meminta partisipan agar mengingat-ingat berapa banyak daging yang mereka makan pada masa lalu. Booren juga menyatakan bahwa kebiasaan makan hanya salah satu faktor yang dapat memengaruhi munculnya penyakit dan kematian.

“Banyak faktor resiko utama penyakit kronis  seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes dan kanker bukan karena produk pangan. Penyebabnya adalah obesitas, kelebihan berat badan, dan faktor keturunan,” ujarnya.

Sumber : VOA Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar